Zona Tau | Kepercayaan
(trust) berarti keyakinan terhadap integritas, kemampuan, atau karakter
seseorang atau sesuatu. Kepercayaan, seperti dikemukakan oleh Jack Welch, sang
legenda General Electric (GE), adalah sebuah kekuatan yang sangat dahsyat.
Kepercayaan dapat membuat seseorang menjadi percaya diri, terbuka, jujur,
bersedia mengambil risiko, dan merasa lebih nyaman dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kepercayaan juga dapat mengurangi resistensi terhadap
perubahan, Sebaliknya, ketidakpercayaan (distrust) akan menyebabkan seseorang
menjadi bersifat tertutup, tidak percaya diri, enggan mengambil risiko, dan
tidak nyaman dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Akibat tidak adanya
kepercayaan, produktivitas melemah, peluang-peluang pengembangan dan perbaikan
terlewatkan, dan kinerja merosot.
Dalam sebuah
organisasi, manfaat kepercayaan diantaranya adalah terciptanya iklim saling
berbagi informasi dan kolaborasi. Ketika seorang karyawan yakin bahwa ide-ide
dan informasi yang disampaikannya akan dihargai, inisiatif dan kreativitasnya
akan tumbuh. Pemimpin yang mempercayai pengikutnya tidak akan segan-segan untuk
mendelegasikan tugas-tugas dan wewenangnya kepada mereka. Demikian pula
pengikut yang mempercayai pemimpinnya akan merasa lebih nyaman dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka. Di
tengah-tengah perubahan dan ketidakpastian, kepercayaan menjadi landasan bagi
kukuhnya kepemimpinan.
Pemimpin yang
mampu membangun kepercayaan akan lebih mudah mengarahkan para pengikutnya tanpa
resistensi yang berarti. Tingkat kepercayaan yang tinggi juga berkorelasi
positif dengan keterlibatan pribadi, komitmen, dan keberhasilan dalam sebuah organisasi.
Manfaat lain dari adanya rasa saling percaya adalah pertumbuhan organisasi yang
lebih cepat; meningkatnya kepercayaan pelanggan dan masyarakat; berkembangnya
iklim transparansi; mendorong inovasi; terwujudnya keselarasan antara sistem
dan struktur organisasi; mempertinggi loyalitas karyawan; eksekusi strategi
yang lebih efektif; dan pemanfaatan seluruh sumber daya organisasi dengan lebih
efektif dan efisien. Jadi jelaslah bahwa kepercayaan adalah aset tidak berwujud
(intangible asset) yang sangat berharga bagi organisasi.
Meski penting,
namun nyatanya menumbuhkembangkan, mempertahankan, dan memulihkan kepercayaan
jelas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Yang pertama-tama harus diingat
adalah bahwa membangun kepercayaan dalam organisasi menjadi tugas dan tanggung
jawab pemimpin. Menurut Serrat, pemimpin dapat hal ini dapat diwujudkan melalui
visi, nilai-nilai, lingkungan kerja, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), dan
kompensasi.
Bila ingin
membangun kepercayaan, organisasi harus memiliki visi yang jelas serta
menekankan pentingnya kontribusi karyawan dalam mencapainya. Berkaitan dengan
nilai-nilai, kepercayaan hanya akan tumbuh jika pemimpin konsisten mengikuti
dan mendukung nilai-nilai organisasi. Ia harus menjadi teladan bagi seluruh karyawan.
Lingkungan kerja berkontribusi signifikan bagi terbentuknya persepsi karyawan
terhadap pimpinan dan juga persepsi tentang sejauh mana kepedulian organisasi
terhadap karyawan. Lingkungan kerja yang tidak nyaman sudah tentu menimbulkan
ketidakpercayaan.
Keputusan
untuk merekrut, memberhentikan, menilai, mempromosikan, dan memindahkan
karyawan adalah keputusan sulit yang harus dibuat oleh pemimpin organisasi.
Jika organisasi ingin membangun kepercayaan, keputusan-keputusan tersebut harus
didasarkan pada kriteria-kriteria yang jelas dan objektif. Karyawan akan
menilai apakah keputusan-keputusan tersebut mencerminkan kepedulian pimpinan
organisasi kepada kinerja dan nilai-nilai organisasi. Agar dirasakan adil,
sistem kompensasi yang dikembangkan organisasi harus konsisten dan jujur.
Di samping
kelima hal yang dikemukakan oleh Sierrat di atas, bila ingin membangun kepercayaan, organisasi wajib menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Termasuk memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengungkapkan keprihatinan
tatkala mereka merasa ada hal-hal yang keliru. Berkaitan dengan hal ini,
organisasi dapat melakukan survei secara berkala guna mengetahui masukan dan
tanggapan karyawan seputar pengelolaan perusahaan. Jangan pula lupakan etika
dan tanggung jawab sosial guna menunjukkan kepedulian kepada para pemangku
kepentingan organisasi, termasuk karyawan.
Keamanan
pekerjaan (job security) juga tak kalah penting. Pemberhentian (layoffs)
berpotensi menggerus kepercayaan. Hal ini bukan berarti organisasi harus menawarkan
keamanan kerja tanpa batas sehingga karyawan tidak lagi peduli pada kinerja
mereka. Namun bila diberikan secara proporsional, keamanan kerja dapat
membangkitkan kepercayaan terhadap organisasi dan pemimpinnya. Kepribadian para
pimpinan juga memainkan peran penting dalam menumbuhkembangkan kepercayaan
dalam organisasi. Agar dipercaya, seorang pemimpin organisasi tentu mutlak
harus memiliki integritas dan kejujuran. Mereka harus benar-benar peduli pada
etika dan moral, memiliki pendirian yang teguh, selalu berusaha menepati janji,
dan berkomitmen penuh bagi kemajuan organisasi dan kesejahteraan anggotanya.
Ingatlah orang akan lebih peduli pada apa yang dikerjakan ketimbang apa yang
dikatakan. Actions speak louder than words.
Namun
integritas saja tentu tidak cukup. Pemimpin harus memiliki bakat, sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan gaya yang sesuai. Dengan kata lain, pemimpin
harus benar-benar memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Berikutnya adalah
kesediaan memikul tanggung jawab sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam
organisasi. Pemimpin macam ini tidak akan mudah mencari kambing hitam bila ada
hal-hal yang tidak beres. Mereka lebih memfokuskan diri kepada apa yang salah,
bukan siapa yang salah.
Kepedulian
(caring) berkorelasi positif dengan kepercayaan. Pemimpin harus bisa menjadi
sandaran bagi para pengikutnya tatkala mereka merasa lelah, cemas, frustrasi,
dan kehilangan motivasi. Menghadapi kondisi pengikut yang demikian, dibutuhkan
pemimpin yang mampu berperan sebagai motivator yang mampu membangkitkan kembali
semangat para pengikut. Pemimpin secacam ini akan mampu membangun kedekatan
emosional dengan para pengikutnya. Demikian pula sebaliknya.Penciptaan
organisasi pembelajaran juga dapat membantu membangun kepercayaan. Organisasi
pembelajaran dicirikan diantaranya oleh ditoleransinya kesalahan dalam
batas-batas tertentu. Pemimpin dalam organisasi semacan ini juga tidak
segan-segan mengakui kekeliruannya. Hal ini pada gilirannya mendorong karyawan
untuk lebih berani mengambil risiko yang terkalkulasi. Cara-cara baru untuk
melakukan sesuatu dengan lebih efektif dan efisien pun dapat ditemukan.
Sumber: The Jakarta Consulting Grup
Sumber: The Jakarta Consulting Grup